Tahun 2025–2026 tampaknya menjadi periode transisi penting bagi Audi. Baru-baru ini, Audi mengumumkan bahwa lini modelnya—termasuk Audi A5, Audi Q5, Audi A6, serta varian listriknya seperti Audi A6 e‑tron dan Audi Q6 e‑tron—akan menerima pembaruan besar berupa hardware dan software guna menjaga performa, kenyamanan, serta fitur keselamatan. Upaya ini menunjukkan komitmen Audi untuk terus memperbarui model-model lama maupun baru di tengah perubahan cepat di dunia otomotif global.
Di sisi lain, Audi juga mulai meninjau ulang strategi elektrifikasi dan masa depan mesin konvensional. Meskipun sebelumnya Audi berencana meluncurkan mobil ICE (internal combustion engine) terakhirnya tahun 2026, keputusan terbaru menunjukkan bahwa mereka kemungkinan akan memperpanjang periode produksi mesin bensin/diesel — bergantung pada permintaan pasar dan kondisi global. Artinya, konsumen akan tetap memiliki pilihan antara mobil tradisional dan elektrifikasi, sementara Audi menimbang waktu terbaik untuk transisi penuh ke EV/hybrid.
Namun, tak semua kabar positif. Tahun ini Audi juga menghadapi recall besar karena masalah perangkat lunak: lebih dari 44.000 kendaraan dipanggil ulang karena potensi kegagalan tampilan panel instrumen — sehingga speedometer dan lampu peringatan bisa mati. Ini memperingatkan bahwa meskipun teknologi terus maju, kualitas dan kontrol mutu menjadi krusial terutama di era mobil penuh elektronik dan komputasi.
Secara keseluruhan, saat ini Audi berada di persimpangan: memperbarui model klasik dengan fitur modern, mempertimbangkan ulang strategi elektrifikasi, sambil tetap menjaga kualitas produk di tengah tantangan teknis. Bagi penggemar otomotif — khususnya mereka yang mengikuti perkembangan merek Eropa — ini waktu menarik untuk memperhatikan bagaimana Audi akan menavigasi masa depan mobilitas: kombinasi antara kenyamanan tradisional, inovasi modern, dan tanggung jawab kualitas.