BMW baru-baru ini menghadapi tantangan keuangan yang cukup serius. Perusahaan melaporkan bahwa dampak perang tarif global—khususnya bea masuk terhadap mobil listrik China ke Eropa dan tarif aluminium AS—diperkirakan akan memangkas laba sekitar €1 miliar pada tahun ini. Penurunan ini juga mencerminkan penurunan laba sebelum pajak di 2024 dari €17 miliar menjadi €11 miliar. Meski BMW masih mempertahankan margin di kisaran 5-7 % seperti sebelumnya, tekanan eksternal tetap besar dan menjadi perhatian investor.

Di sisi lain, BMW terus mendorong transisi ke kendaraan listrik (EV) dan teknologi digital sebagai bagian dari strategi jangka panjang mereka. Sebagai contoh, BMW telah mengumumkan bahwa mereka akan mengintegrasikan sistem smart-connect Huawei HiCar ke model-model yang diproduksi di China mulai tahun 2026, menggunakan sistem operasi Harmony yang dikembangkan Huawei. Ini menunjukkan bahwa BMW menaruh perhatian besar ke pasar China dan ke ekosistem teknologi mobil yang semakin terkoneksi.

Lebih jauh lagi, BMW juga mengumumkan peluncuran model baru dalam platform generasi berikutnya mereka, yang disebut “Neue Klasse”. Misalnya, model listrik SUV iX3 menjadi salah satu model awal yang akan memakai platform tersebut. Dengan jangkauan yang diklaim lebih jauh (sekitar 805 km untuk varian tertentu) dan kemampuan pengisian cepat, BMW berharap bisa memperkuat posisi mereka di segmen premium EV yang sangat kompetitif.

Meskipun banyak langkah strategis positif, BMW tetap harus mengelola ketidakpastian pasar dan risiko regulasi. Di antaranya, BMW juga menghentikan sementara investasi senilai £600 juta di pabrik MINI di Oxford (Inggris) karena “ketidakpastian ganda” di industri otomotif, terutama dalam transisi ke EV. Keputusan ini menunjukkan bahwa walaupun fokus jelas ke masa depan EV dan digital, BMW juga harus berhati-hati dalam mengalokasikan modal dan menyesuaikan strategi sesuai kondisi pasar global.