Perusahaan mobil listrik ini menghadapi tantangan signifikan di pasar Eropa. Penjualan untuk wilayah tersebut tercatat anjlok hingga 45 % dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Di tengah pertumbuhan pasar kendaraan listrik (EV) secara keseluruhan, Tesla justru kehilangan pangsa pasar di sejumlah negara Eropa utama karena persaingan yang makin sengit dan lineup produk yang dianggap mulai menua.
Di sisi lain, Tesla juga memperkuat strategi jangka panjangnya dengan pergeseran fokus ke kecerdasan buatan (AI) dan robotika. Analis dari Morgan Stanley menempatkan Tesla sebagai “top pick” di sektor otomotif AS, bukan karena mobilnya yang saat ini mendominasi, melainkan karena potensinya di bidang robotaxi dan teknologi self-driving. Hal ini sejalan dengan pengajuan izin oleh Tesla di California untuk layanan taksi otonom gratis sebagai langkah menuju layanan berkendara mandiri penuh.
Dalam produk baru, Tesla telah mengumumkan peluncuran model pickup- listriknya, Tesla Cybertruck, untuk pasar Timur Tengah seperti Arab Saudi dan UAE, meski masih menghadapi hambatan besar. Sementara itu, CEO Elon Musk juga mengungkap rencana fitur hiburan baru—yakni memungkinkan pengemudi memainkan video game saat mobil berjalan dalam mode self-driving—yang diharapkan hadir dalam 3-6 bulan ke depan dengan syarat regulasi terpenuhi.
Secara keseluruhan, Tesla berada di persimpangan strategis: produk mobilnya mulai menua dan menghadapi tekanan kompetitif di banyak pasar utama, namun potensi di teknologi maju seperti AI, robotika, dan mobil otonom bisa menjadi jalan keluar. Investor dan pengamat industri kini memantau apakah transformasi ini berhasil atau justru menimbulkan risiko baru.